Kurikulum Deep Learning Belajar yang Mendalam dan Bermakna
taien.web.id - Apa itu Kurikulum Deep Learning sebagai Pengganti Kurikulum Merdeka 2025? Mari kita bahas berdasarkan informasi yang juga saya dapatkan di Internet.
Mukti mengatakan kurikulum deep learning dapat membantu siswa memahami materi secara lebih baik melalui metode pembelajaran yang membangun pemikiran kritis.
Baru-baru ini, ramai beredar video Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, yang memperkenalkan gagasan menarik bernama Kurikulum Deep Learning.
Gagasan ini dirancang untuk menggantikan Kurikulum Merdeka yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir.
Kalau sebelumnya, Kurikulum Merdeka menekankan pada fleksibilitas dan kemandirian belajar, maka Kurikulum Deep Learning hadir dengan pendekatan baru yang lebih mendalam dan bermakna.
Yuk, kita coba pahami lebih lanjut!
Apa Itu Kurikulum Deep Learning?
Mukti mengatakan kurikulum deep learning dapat membantu siswa memahami materi secara lebih baik melalui metode pembelajaran yang membangun pemikiran kritis.
Di samping itu, elemen yang dirancang dalam kurikulum deep learning bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan namun juga pengalaman bermakna bagi siswa.
"Kita arahkan dengan pembelajaran mindful, meaningful, dan joyful," sebut Mukti dalam kesempatan yang sama.
Tujuan Utama Kurikulum Deep Learning
1. Meningkatkan Pemahaman Siswa
Salah satu tujuan utama dari Kurikulum Deep Learning adalah membuat siswa benar-benar memahami pelajaran, bukan hanya menghafal.
Jika selama ini materi diajarkan dalam jumlah banyak, Kurikulum Deep Learning justru fokus pada pemahaman yang lebih mendalam.
Dengan memberi kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi konsep secara lebih luas, mereka akan lebih mengerti inti dari pelajaran tersebut. Ini tentu akan membuat materi lebih mudah diingat dan dipahami dalam jangka panjang.
2. Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Kurikulum Deep Learning juga bertujuan untuk mengasah keterampilan berpikir kritis siswa. Alih-alih hanya menerima informasi begitu saja.
Siswa akan diajak untuk berpikir lebih dalam, mencari solusi atas masalah yang ada di sekitar mereka, dan melihat bagaimana teori yang dipelajari bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
Hal ini tentu bisa membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
3. Meningkatkan Motivasi Siswa
Selain itu, Kurikulum Deep Learning juga berfokus pada bagaimana membuat proses belajar lebih relevan dan menyenangkan.
Ketika materi yang dipelajari terkait dengan minat siswa atau pengalaman sehari-hari mereka, tentu saja mereka akan lebih termotivasi untuk belajar.
Dengan cara ini, belajar akan menjadi lebih menyenangkan dan bukan sekadar rutinitas yang membosankan.
Secara keseluruhan, Kurikulum Deep Learning bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih seru dan bermakna, dengan tetap fokus pada materi yang penting.
Siswa bisa mendapatkan pemahaman yang lebih kuat dan mendalam, sekaligus memiliki keterampilan berpikir yang lebih baik.
Mengapa Sih Perlu Kurikulum Deep Learning?
Awalnya, Kurikulum Merdeka dihadirkan agar sekolah dan siswa lebih bebas dalam memilih pelajaran dan cara belajar yang sesuai.
Fleksibilitas ini dianggap cocok untuk meningkatkan keterampilan abad ke-21, tetapi seiring waktu, ada kelemahan yang mulai terlihat.
Banyak siswa akhirnya terlalu fokus pada proyek atau keterampilan umum, sementara pemahaman mendalam terhadap materi dasar justru kurang.
Di sini nih, Kurikulum Deep Learning coba hadir untuk mengisi kekosongan itu.
Dengan pendekatan yang disebut Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning, kurikulum ini diharapkan bisa memperdalam pemahaman siswa.
Menteri Abdul Mu'ti bahkan mengatakan bahwa ide ini terinspirasi dari pengalaman kuliahnya di Australia.
Beliau ingin membuat kurikulum yang lebih ramping tapi fokus pada pemahaman yang mendalam. Jadi, materinya dikurangi tetapi diolah lebih dalam agar lebih bermakna.
Prinsip-Prinsip Utama Kurikulum Deep Learning
Nah, apa sih sebenarnya Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning ini? Yuk, kita bahas satu per satu.
1. Mindful Learning
Di sini, siswa tidak sekadar mendengar atau mencatat. Mereka diajak benar-benar terlibat aktif dalam diskusi, eksperimen, dan eksplorasi.
Jadi, siswa tidak hanya menerima materi secara pasif, tapi diajak berpikir, bertanya, bahkan mungkin mencoba langsung hal-hal yang dipelajari. Dengan cara ini, pemahaman mereka terhadap pelajaran bisa lebih kuat.
2. Meaningful Learning
Yang kedua ini berfokus pada membuat pelajaran relevan dengan kehidupan nyata siswa. Jadi, siswa bisa melihat manfaat langsung dari apa yang mereka pelajari.
Ini juga bisa membuat mereka lebih termotivasi untuk belajar, karena materi terasa lebih nyata dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Joyful Learning
Terakhir, Joyful Learning berarti membuat proses belajar jadi menyenangkan, tapi tidak hanya asal senang.
Dengan cara ini, siswa lebih termotivasi untuk memahami materi karena suasana belajar terasa lebih rileks dan terbuka.
Dengan suasana yang menyenangkan, siswa bisa lebih fokus dan benar-benar memahami materi tanpa merasa tertekan.
Peran Guru dalam Kurikulum Deep Learning
Tentu saja, penerapan Kurikulum Deep Learning tidak akan sukses tanpa peran aktif guru. Guru adalah fasilitator utama yang akan membawa konsep-konsep ini ke dalam kelas.
Untuk itu, guru perlu dilatih dan diberi dukungan agar bisa menguasai metode pengajaran yang sesuai dengan Kurikulum Deep Learning.
Melalui pelatihan khusus, guru akan dibekali dengan keterampilan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan menarik.
Mereka akan dibimbing untuk memfasilitasi pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif (mindful learning), berpikir kritis (meaningful learning), dan menikmati proses belajar (joyful learning). Dengan dukungan yang tepat, guru akan mampu menjalankan kurikulum ini dengan lebih efektif.
Pendapat dan Harapan untuk Kurikulum Deep Learning Baru Ini
Kalau dilihat dari konsepnya, Kurikulum Deep Learning ini seperti langkah positif untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Dengan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa, diharapkan generasi muda Indonesia bisa lebih siap menghadapi dunia nyata, bukan cuma ahli di atas kertas.
Namun, tentu saja, menerapkan kurikulum baru ini juga bukan hal mudah.
Mengubah pola pikir belajar dari sistem yang lama ke sistem yang baru pasti butuh waktu dan penyesuaian.
Apalagi, guru juga perlu pelatihan lebih dalam agar bisa menerapkan konsep ini dengan baik di kelas. Jadi, kesiapan guru dalam mendukung pembelajaran mendalam dan bermakna sangatlah penting.
Saran untuk Penerapan Kurikulum Deep Learning yang Efektif
Supaya Kurikulum Deep Learning ini bisa benar-benar bermanfaat, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.
Pertama, guru perlu dilatih secara menyeluruh agar benar-benar paham cara menerapkan kurikulum ini. Tidak cukup hanya tahu teorinya, tapi juga bagaimana menghidupkan proses belajar yang mindful, meaningful, dan joyful di kelas.
Kedua, infrastruktur yang mendukung juga penting. Kalau ingin ada eksperimen atau diskusi yang aktif, ruang kelas atau fasilitas yang mendukung juga harus disiapkan. Jangan sampai konsep bagus ini jadi terbatas hanya karena kendala fasilitas.
Terakhir, keluarga siswa juga bisa dilibatkan. Karena kurikulum ini bertujuan untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata, keluarga bisa membantu mendukung proses pembelajaran ini di rumah. Terakhir, evaluasi berkala juga penting.
Dengan evaluasi rutin, kita bisa tahu bagian mana dari kurikulum ini yang sudah berjalan baik dan mana yang perlu diperbaiki.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Kurikulum Deep Learning diharapkan bisa membawa angin segar bagi pendidikan Indonesia.
Dengan fokus pada pemahaman mendalam, kaitan dengan kehidupan nyata, dan pengalaman belajar yang bermakna, kurikulum ini berpotensi meningkatkan kualitas pembelajaran kita.
Harapannya, jika diterapkan dengan baik, kurikulum ini akan mempersiapkan generasi muda yang cerdas dan siap menghadapi dunia nyata.
Jadi, meskipun masih ada tantangan, Kurikulum Deep Learning ini sangat menarik untuk ditunggu hasilnya!